Pendahuluan
Tahun 2025 akan menjadi periode penting bagi Indonesia, di tengah kompleksitas yang semakin berkembang dalam dinamika global. Salah satu faktor yang berkontribusi adalah tekanan ekonomi dan kompleksitas global yang telah memicu krisis kesehatan mental. Pelatih Rheo, seorang ahli trauma dan inovator metode DOA Physio Psychotherapy, menyatakan keprihatinan mendalamnya terhadap fenomena yang semakin meresahkan di Indonesia. Tak Hanya Selebriti, Jumlah Orang Gangguan Mental Meningkat
Baca Juga : Biodata dan Agama Futri Zulya Savitri, Calon Istri Zumi Zola
Menurut Coach Rheo, tantangan ekonomi yang signifikan akibat otomatisasi pekerjaan dan penerapan kecerdasan buatan (AI) telah mendorong lonjakan substansial dalam permasalahan kesehatan mental di kalangan individu berpendidikan. “Tekanan ekonomi tidak hanya sekadar angka pada kertas; ia merupakan realitas yang secara langsung mempengaruhi kehidupan individu.” Sejumlah profesional terdidik mengalami kehilangan pekerjaan akibat peran mereka digantikan oleh kecerdasan buatan. Banyak industri yang pada dasarnya stabil justru mengalami kehilangan kestabilan mereka. “Situasi ini menimbulkan beban mental yang signifikan dan dapat memicu gangguan kesehatan mental,” ungkap Coach Rheo kepada awak media di Jakarta.
Tak Hanya Selebriti, Semua Profesi bisa Terdampak
Lebih lanjut, Coach Rheo mengemukakan bahwa segala hal yang sebelumnya dianggap aman dapat dengan cepat digantikan oleh kecerdasan buatan. Menurut Coach Rheo, para profesional seperti musisi, desainer, arsitek, animator, dan transcriber mulai mengalami fenomena gangguan mental ini. “Setelah bertahun-tahun menempuh pendidikan dan belajar, keahlian mereka kini terancam oleh kehadiran AI.” Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Hermawan Kertajaya, kemajuan AI telah melahirkan apa yang disebut sebagai Useless Generation, yaitu generasi di mana keterampilan yang dimiliki menjadi usang dan kehilangan nilai seperti sebelumnya.
Dalam wawancara dengan Najwa Sihab di Indonesia, Jensen Huang, CEO NVIDIA, perusahaan terkemuka dalam penyediaan Unit Pemrosesan untuk keperluan AI, mengemukakan bahwa pelajaran pengkodean komputer akan semakin irrelevan di masa depan, mengingat segala aspek tersebut akan digantikan oleh kecerdasan buatan. Sebelumnya, kemampuan ini memiliki nilai yang sangat tinggi.
Lonjakan Angka Stres dan Bunuh Diri
Peningkatan signifikan dalam angka stres, depresi, dan bunuh diri telah tercatat, sebagaimana diungkapkan oleh Coach Rheo. Sesuai dengan informasi yang dikumpulkan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan bahwa setiap tahun terjadi sekitar 720 ribu kematian akibat bunuh diri. Kematian akibat bunuh diri merupakan salah satu penyebab utama fatalitas di seluruh dunia, dengan prevalensi yang signifikan di kalangan individu berusia antara 15 hingga 29 tahun.
“Kami mengamati adanya tren yang mengkhawatirkan.” Jumlah individu yang mengalami gangguan mental mengalami peningkatan yang signifikan, dan hal ini tidak dapat diabaikan. “Ini merupakan panggilan perhatian bagi kita semua,” tegas Coach Rheo. The National Criminal Information Center (Pusiknas) of the Criminal Investigation Agency of the Indonesian National Police (Bareskrim Polri) reveals that incidents of suicide occur throughout the year in Indonesia. Angka tersebut secara konsisten mengalami pertumbuhan setiap tahun, bahkan mencatat peningkatan sebesar 60% dalam kurun waktu lima tahun terakhir.
Data mengindikasikan bahwa pada tanggal 1 Oktober 2024, Raphael David, seorang mahasiswa Universitas Kristen Petra di Surabaya, kehilangan nyawanya setelah melompat dari lantai 12 gedung kampus. Pada 18 September 2024, seorang mahasiswi semester lima dari Universitas Ciputra melakukan loncatan dari lantai 22 gedung kampus. Pada tanggal 9 November 2024, empat anggota sebuah keluarga di Penjaringan, Jakarta, terjun dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan. “Apabila daftar menyedihkan ini dilanjutkan, tampaknya tidak ada ujungnya,” tambahnya.
Selain itu, terdapat pula fenomena kekerasan dalam rumah tangga, di mana suami memukul istri, serta aksi koboi jalanan yang terlibat dalam perkelahian dengan melakukan tindakan hukum sendiri. Termasuk di dalamnya adalah kasus viral seorang pengusaha yang memaksa siswa SMA untuk bersujud dan menggonggong, serta fenomena cyberbullying yang merajalela di internet. Selanjutnya, ungkapan kebencian serta isu-isu lain yang melahirkan fenomena ‘senggol bacok’ dan kondisi ‘sakit mental’ tampak semakin menjadi lumrah di berbagai daerah di Indonesia.
Generasi Strawberry dan Tantangan Mendatang
Fenomena yang dikenal sebagai ‘Generasi Strawberry’—kelompok muda yang tampak tangguh secara lahiriah tetapi rentan di dalam—juga menarik perhatian Coach Rheo. Saat ini, banyak pengusaha secara aktif mengungkapkan keprihatinan mengenai rendahnya etos kerja generasi muda. Generasi ini mengalami tekanan luar biasa yang berasal dari masyarakat, media sosial, dan internal diri mereka sendiri. “Mereka memerlukan dukungan yang tepat untuk dapat berkembang menjadi individu yang tangguh secara mental,” jelasnya.
Untuk memastikan produktivitas masyarakat dan kinerja yang optimal, Coach Rheo menekankan urgensi literasi informasi mengenai kesehatan mental. Kesehatan mental memiliki keterkaitan yang setara dengan kesehatan fisik. Sayangnya, pemahaman kita mengenai hal ini masih tergolong minim. “Banyak individu yang belum menyadari gejala awal gangguan mental atau mengetahui sumber bantuan yang tepat,” ujarnya. Pelatih Rheo mengajak semua pemangku kepentingan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mengenai krusialnya pemeliharaan kesehatan mental dan kebahagiaan. Akurasi informasi dan kemampuan untuk mengakses bantuan profesional merupakan elemen kunci. “Members of the community must be empowered through knowledge to identify and address issues at an early stage,” he added.
DOA TRTO: Solusi Inovatif untuk Mengatasi Trauma
Dalam menghadapi tantangan ini, Coach Rheo mempersembahkan program DOA TRTO (Divine Oracular Assistance – Tension Releasing Technique Online). Yang dirancang oleh Coach Rheo pada tahun 2020. Kami berkomitmen untuk menjadikan DOA TRTO sebagai sistem penghapusan multi-trauma pertama di dunia yang diakui secara ilmiah pada tahun 2025. “Ini merupakan sumbangsih Indonesia terhadap masyarakat global dalam ranah kesehatan mental,” jelasnya.
Metode ini diakui memiliki kemampuan untuk secara komprehensif dan permanen menghapus beban emosi yang bersifat traumatik. Melalui DOA TRTO, individu dapat membebaskan diri dari belenggu masa lalu yang menghalangi kemajuan. “Kami telah mengamati sejumlah kasus di mana klien mampu melanjutkan kehidupan mereka tanpa dibebani trauma, serta mencapai kebahagiaan,” ungkap Coach Rheo. Sebagian besar sistem, menurut Coach Rheo, cenderung lebih menekankan pada pengendalian, penahanan, reconciliatory dengan trauma, humanisasi emosi, penerimaan, dan keikhlasan, namun kurang membahas tentang proses penghilangan.
Hal ini diyakini secara turun-temurun bahwa trauma adalah sesuatu yang tidak dapat dihapuskan. Indeed, it is accurate to say that all scholarly journals from the past continue to address the same themes. Trauma adalah pengalaman yang tidak dapat sepenuhnya dihapus. “Di sini, DOA hadir dengan pembaruan, sebuah metode yang telah terbukti efektif dalam mengatasi berbagai trauma dalam pertemuan singkat,” jelas Coach Rheo.
Pelatih Rheo berhasil mengatasi antara lima hingga belasan trauma dalam satu sesi pertemuan. Hal tersebut dapat diukur, dibuktikan, dikonfirmasi, dan diajukan pertanyaan kepada klien setelah keluhan trauma mereka mereda. Sebuah pencapaian yang sebelumnya tidak dapat diraih oleh metodologi lain. Metode DOA TRTO telah diakui secara luas oleh berbagai kalangan profesional, termasuk Konselor, Psikolog, Psikiater, Dokter, dan Dosen. Serta meraih penghargaan Emerging Award dari Himpunan Psikologi Indonesia pada Festival Karya Cipta Psikologi Indonesia yang berlangsung dalam Kongres Luar Biasa HIMPSI 2024. Hal ini Dilansir Dari Dollartoto Login Togel Online
Menghasilkan Fasilitator dan Implikasi Global
Pada tahun yang akan datang, Coach Rheo berencana untuk melatih lebih banyak fasilitator terampil guna memperluas jangkauan metode ini. “Kami berambisi untuk menciptakan dampak yang lebih signifikan, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga secara global.” “Melalui pelatihan sejumlah fasilitator, kami mampu memberikan dukungan kepada lebih banyak individu dalam mengatasi trauma mereka,” ungkapnya dengan optimisme. Pelatih Rheo juga menekankan peran dan tanggung jawab negara dalam menghadapi krisis ini. Dengan kepemimpinan Presiden Republik Indonesia yang baru, Prabowo Subianto, Coach Rheo mengharapkan agar pemerintah dapat berperan secara aktif.
“Rekomendasinya mencakup penyediaan fasilitas yang memadai untuk kesejahteraan mental, pelatihan bagi tenaga profesional dengan alat yang efektif, serta kampanye edukasi publik.” Ia menegaskan bahwa dukungan dari Pemerintah sangatlah esensial. Tanpa keberadaan dukungan kebijakan yang kokoh, inisiatif yang dilakukan oleh individu dan organisasi menjadi kurang efektif. “Saatnya negara mengambil langkah tegas dan menunjukkan komitmennya terhadap kesejahteraan mental masyarakatnya,” tegas Coach Rheo.